Doa-doa dan ta’awwudzaat (jamak ta’awudz:
bacaan meminta perlindungan) bagaikan sebuah senjata. Dan sebuah
senjata (ampuh tidaknya) tergantung siapa yang menggunakannya, bukan
ketajamannya saja (yang menjadi ukuran). Maka kapan sebuah senjata
merupakan senjata yang prima, tidak ada aibnya dan lengan (yang
menggunakan)nya adalah lengan yang kuat, serta tidak terdapat penghalang
apa pun, pasti senjata itu akan melukai musuh. Dan kapan salah satu
dari tiga hal ini tidak terpenuhi, senjata jadi tidak berpengaruh.
(Begitu pula halnya dengan doa),
apabila doanya tidak baik atau yang berdoa tidak menyatukan hati dan
lisannya dalam berdoa, atau di sana ada faktor yang menghalanginya, doa itu tidak memberi pengaruh.
Al Jawabul Kafi Ibnul Qayyim hal 25
Dikutip dari http://www.mimbarislami.or.id. Penulis : Abu Muhammad, , Doa Senjata Orang Yang Beriman
–ooOoo–
Kumpulan Do’a-do’a dikutip dari Asy-Syariah :
Doa Selesai Adzan
عَنْ
جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ
صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ قَالَ حِيْنَ يَسْمَعُ
النِّدَاءَ (اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ
الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ
مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ) حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
رواه البخاري
Dari Jabir ibnu Abdillah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang berdoa ketika selesai mendengar adzan:
اللَّهُمَّ
رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ
مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا
مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ
(Ya Allah, Rabb (pemilik) panggilan yang sempurna ini dan (pemilik) shalat
yang (hendak) didirikan. Berilah Al-Wasilah dan Al-Fadhilah kepada
Muhammad, dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati kedudukan
yang terpuji yang telah Engkau janjikan) maka dia berhak mendapatkan
syafaatku pada hari kiamat.” (HR. Al-Bukhari, Kitabul Adzan Bab Ad-Du’a ‘inda An-Nida, no. 579)
Dan disunnahkan membaca Shalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum membaca doa ini berdasarkan hadits Abdillah bin Amr bin Al-‘Ash radhiallahu ‘anhuma yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim no. 384 (Asy-Syarhul Mumti’, 2/78)
Doa Iftitah
اللَّهُمَّ
بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى
الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ
خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
“Ya
Allah, jauhkanlah antara aku dengan kesalahan-kesalahanku sebagaimana
Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku
dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari
kotoran-kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan
air, es, dan salju.” (HR. Al-Bukhari no. 744 dan Muslim no. 598 dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah berkata: “Riwayat yang paling shahih (dari doa-doa istiftah) adalah hadits Abu Hurairah yang telah disebutkan (di atas, red).” (Nailul Authar, 2/11)
Dzikir dalam Ruku’ dan Sujud
كاَنَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ أَنْ يَقُوْلَ
فِيْ رُكُوْعِهِ وَسُجُوْدِهِ: سُبْحاَنَكَ اللَّهُمَّ رَبَّناَ
وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْلِي
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperbanyak membaca di dalam ruku’ dan sujudnya:
سُبْحاَنَكَ اللَّهُمَّ رَبَّناَ وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْلِي
“Maha Suci Engkau ya Allah Rabb kami, dan dengan puji-Mu ya Allah ampunilah dosaku.” (HR. Al-Bukhari no. 794 dan Muslim no. 1085, dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha)
Bacaan Tasyahud
التَّحِياَتُ
ِللهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّباَتُ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهاَ
النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْناَ وَعَلَى
عِباَدِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
“Segala penghormatan (pengagungan), shalat,
kebaikan-kebaikan (berupa perkataan-perkataan, amalan-amalan dan
sifat-sifat) adalah untuk Allah Subhanahu wa ta’ala . Semoga
keselamatan terlimpahkan kepadamu wahai Nabi,
begitu juga rahmat Allah dan barakah-Nya. Keselamatan semoga
terlimpahkan kepada kita dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi
bahwa tidak ada sesembahan yang haq melainkan Allah Subhanahu wa
ta’ala , dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah ibnu Mas’ud )
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassalam telah mengajarkan kepada umatnya beberapa
bacaan tasyahud, di antaranya adalah hadits Ibnu Mas’ud ini.
Al-Imam
An-Nawawi telah menukilkan kesepakatan para ulama tentang bolehnya
membaca salah satu dari doa-doa tersebut. (Syarah Shahih Muslim, 4/336)
Mayoritas fuqaha (ahli fiqih) dan ahlul hadits berpendapat bahwa bacaan tasyahud Ibnu Mas’ud adalah tasyahud yang paling afdhal. (Syarah Shahih Muslim, 4/336)
Al-Imam At-Tirmidzi berkata dalam Jami’-nya (2/82): “Dan
hadits Ibnu Mas’ud diriwayatkan dari beberapa jalan, dan dia (hadits
Ibnu Mas’ud) adalah hadits yang paling shahih di dalam (permasalahan)
tasyahud, serta merupakan amalan yang dikerjakan kebanyakan ahli ilmu
dari kalangan shahabat dan tabi’in.”
Doa Keluar dari Rumah
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
قَالَ يَعْنٍي إِذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ، بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ
عَلَى اللهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، يُقَالُ لَهُ:
كُفِيْتَ وَوُقِيْتَ وَتَنَحَّى عَنْهُ الشَّيْطَانُ
“Barangsiapa yang berkata –yakni ketika keluar dari rumahnya:
بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
‘Dengan nama Allah aku bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah.’ Maka akan dikatakan kepadanya: ‘Engkau telah dicukupi dan dilindungi.’ Dan setan akan menjauh darinya.”
(HR. At-Tirmidzi, Kitab Ad-Da’awat ‘an Rasulillah Shallallahu ‘alaihi
wassalam, Bab Ma Ja`a Ma Yaqulu Idza Kharaja min Baitihi, no. 3348.
At-Tirmidzi mengatakan: “Hadits hasan shahih gharib, tidak kami ketahui kecuali dari jalur ini.”)
Agar Dimudahkan Melunasi Hutang
اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَاغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
“Ya
Allah, cukupkanlah diriku dengan rizki-Mu yang halal dari rizki-Mu
yang haram dan cukupkanlah diriku dengan keutamaan-Mu dari selain-Mu.”
(HR. At-Tirmidzi dalam Kitabud Da’awat, dari ‘Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu ‘anhu. Lihat Shahihul Jami’ no. 2622, karya Asy-Syaikh
Al-Albani rahimahullah)
Istiqamah di Atas Al-Haq
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“(Mereka
berdoa): ‘Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong
kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan
karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, karena sesungguhnya
Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (Ali ‘Imran :
Doa Memohon Petunjuk, Ketakwaan, dan Kecukupan Diri
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon petunjuk, ketakwaan, diri yang terjaga dan kecukupan kepada-Mu.” (HR. Muslim, no. 6842)
An-Nawawi rahimahullahu berkata: “Al-‘Afaf
adalah menjaga dan menahan diri dari perkara-perkara yang tidak
diperbolehkan (oleh syariat). Al-Ghina adalah kecukupan jiwa dari
manusia dan apa yang ada di tangan-tangan mereka (yakni harta mereka).” (Syarh Shahih Muslim, 17/43)
Doa Istisqa` (Minta Hujan)
اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا
“Ya Allah, turunkan hujan kepada kami. Ya Allah, turunkan hujan kepada kami. Ya Allah, turunkan hujan kepada kami.” (HR. Al-Bukhari dalam Kitabul Istisqa`, bab Al-Istisqa` fil Masjidil Jami’, no. 1013, dan Muslim dalam Kitabul Istisqa`, bab Du’a` fil Istisqa`, no. 2075, dari shahabat Anas radhiyallahu ‘anhu)
Dzikir Sesudah Shalat
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu mengingat-Mu, mensyukuri-Mu, dan membaguskan ibadah kepada-Mu.” (HR. Abu Dawud no. 1522 Kitabush Shalat, Bab Al-Istighfar, dari shahabat Mua’dz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu)
Do’a Naik Kendaraan
بِسْمِ
اللهِ الْحَمْدُ لِلهِ سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا
كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ،
الْحَمْدُ لِلهِ الْحَمْدُ لِلهِ الْحَمْدُ لِلهِ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ
أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي
فَاغْفِرْلِي فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ
“Dengan
menyebut nama Allah, segala puji bagi Allah, Maha Suci Allah yang
telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak
mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb
kami. Segala puji bagi Allah (3 kali), Allah Maha Besar (3 kali), Maha
Suci Engkau ya Allah. Sesungguhnya aku telah mendzalimi diriku sendiri
maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni
dosa-dosa melainkan Engkau.” (HR. Abu Dawud no. 2602, At-Tirmidzi no. 3443, lihat Silsilah Ash-Shahihah no. 1653)
Doa Ketika Angin Kencang Bertiup
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ
“Ya
Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan angin ini, dan
kebaikan yang ada padanya, dan kebaikan apa yang dibawanya. Dan aku
berlindung kepada-Mu dari kejelekannya, dan kejelekan yang ada padanya,
dan kejelekan apa yang dibawanya.” (HR. Muslim
no. 2082, Kitab Shalatil Istisqa`, bab berlindung kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala ketika melihat angin…., dari Aisyah radhiyallahu
‘anha)
Doa Berlindung Dari Kejelekan Amalan
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَمِلْتُ وَمِنْ شَرِّ مَا لَمْ أَعْمَلْ
“Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau dari kejelekan amalan yang telah aku kerjakan dan yang belum aku kerjakan.” HR. Muslim
no. 6833, Kitab Adz-Dzikr wad Du’a`,Bab At-Ta’awwudz min Syarri Ma
‘Amila wa min Syarri Ma Lam Ya’mal, dari Farwah bin Naufal Al-Asyja’i
radhiyallahu ‘anhu
Meruqyah Dengan Al-Qur`an dan Al-Muawwidzat
عَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا: أَنَّ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ يَنْفِثُ عَلىَ نَفْسِهِ فِي الْمَرَضِ الَّذِي مَاتَ
فِيْهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ، فَلَمَّا ثَقُلَ كُنْتُ أَنْفِثُ عَلَيْهِ
بِهِنَّ وَأَمْسَحُ بِيَدِهِ نَفْسَهُ لِبَرَكَتِهَا
Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha: “Bahwasanya Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu ketika beliau sakit yang membawa
pada wafatnya, membaca Al-Mu’awwidzat (surat Al-Falaq dan An-Naas,
–pent.). Kemudian beliau meludah disertai dengan tiupan pada kedua
telapak tangannya, kemudian diusapkan ke wajah dan badannya. Ketika
sakitnya bertambah parah, aku yang membacakan Al-Mu’awwidzat dan aku
yang mengusapkan tangan beliau ke badannya untuk mencari barakah dari
kedua telapak tangannya.” (HR. Al-Bukhari)
Faedah:
Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu membuat bab dalam kitab Shahih-nya
sebelum membawakan hadits ini: Bab Meruqyah dengan Al-Qur`an dan
Al-Mu’awwidzat. (Fathul Bari, 10/205)
Sumber: http://www.asysyariah.com, Penulis : Al-Ustadz Abu Muhammad Abdul Jabbar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar